UPT SMP Negeri 2 Jatirogo Tampilkan Tari Bujang Ganong dan Drama Musikal Joko Tarub di Jatirogo Expo 2025

Jatirogo, 3 September 2025 – Suasana Lapangan Jatirogo pada Rabu malam (3/9/2025) berubah semarak dengan sorak-sorai penonton yang memadati arena Jatirogo Expo 2025. Expo tahunan ini selalu menjadi momentum bagi masyarakat untuk menampilkan potensi daerah, baik dalam bidang ekonomi kreatif, UMKM, maupun kesenian. Tahun ini, salah satu penampilan yang paling ditunggu-tunggu datang dari UPT SMP Negeri 2 Jatirogo, yang menghadirkan karya seni terbaik para siswanya.

Sekolah yang dipimpin oleh Bapak Mukmanan, S.Pd., M.Pd. itu tampil membawakan dua sajian utama yang berbeda, namun sama-sama mengakar pada tradisi Jawa, yaitu tari Bujang Ganong dan drama musikal kisah Joko Tarub. Kedua penampilan tersebut dipilih karena sebelumnya berhasil meraih predikat terbaik dalam lomba pentas seni (pensi) Dies Natalis SMP Negeri 2 Jatirogo.

Penampilan diawali dengan tari Bujang Ganong, salah satu bagian penting dalam kesenian Reog Ponorogo. Bujang Ganong, atau Patih Pujangga Anom, dikenal sebagai tokoh muda yang lincah, pemberani, sekaligus jenaka. Gerakannya penuh akrobat, cepat, dan atraktif, menggambarkan semangat muda yang pantang menyerah.

Para penari SMP Negeri 2 Jatirogo tampil memukau dengan lompatan-lompatan enerjik dan ekspresi wajah yang mengundang tepuk tangan penonton. Beberapa penonton bahkan ikut berteriak riang saat penari menampilkan gerakan unik khas Bujang Ganong. “Saya tidak menyangka anak SMP bisa menarikan Bujang Ganong dengan sangat bagus. Gerakannya lincah sekali!” ujar salah seorang penonton dengan penuh kagum.

Selepas tarian yang penuh energi, penonton diajak menyelami dunia legenda Jawa melalui drama musikal kisah Joko Tarub. Kisah klasik ini bercerita tentang seorang pemuda desa bernama Joko Tarub yang secara tak sengaja bertemu dengan bidadari bernama Nawang Wulan ketika sedang mandi di telaga. Karena selendangnya diambil Joko Tarub, Nawang Wulan tidak bisa kembali ke kahyangan dan akhirnya menikah dengan Joko Tarub. Namun, kisah bahagia itu berakhir saat selendang ditemukan kembali, membuat Nawang Wulan terbang meninggalkan Joko Tarub.

Drama musikal ini dikemas apik oleh para siswa dengan perpaduan akting, musik gamelan, nyanyian tradisional, serta tarian teatrikal. Properti panggung yang dibuat menyerupai suasana desa dan telaga berhasil membawa penonton masuk ke dalam cerita.

Kepala Sekolah, Bapak Mukmanan, S.Pd., M.Pd., memberikan apresiasi penuh kepada siswanya. “Saya merasa bangga anak-anak bisa tampil di ajang sebesar ini. Bukan hanya hiburan, tapi juga pembelajaran tentang keberanian, kerja sama, dan kreativitas. Semoga pengalaman ini memotivasi mereka untuk terus berprestasi,” ujarnya.

Penampilan ini tidak lepas dari sentuhan kreatif Ibu Heni Mukaromah, S.Tr.Sn., guru Seni Budaya SMP Negeri 2 Jatirogo, yang merancang properti artistik panggung. Mulai dari hiasan telaga hingga kostum sederhana namun menarik, semuanya disiapkan dengan penuh dedikasi. “Kami ingin siswa tidak hanya tampil percaya diri, tetapi juga memahami bahwa setiap seni memiliki asal-usul dan nilai budaya yang perlu dijaga,” ungkap Ibu Heni.

Salah satu siswa yang tampil mengaku awalnya gugup karena harus tampil di hadapan banyak orang. “Awalnya deg-degan, tapi setelah tampil rasanya senang sekali karena mendapat banyak tepuk tangan. Semoga tahun depan kami bisa tampil lebih baik lagi,” ujarnya dengan senyum bangga.

Masyarakat Jatirogo juga memberi apresiasi positif atas penampilan siswa SMP Negeri 2 Jatirogo. Banyak yang menilai bahwa sekolah telah berhasil menumbuhkan rasa cinta budaya sejak dini.

Partisipasi SMP Negeri 2 Jatirogo di Jatirogo Expo 2025 bukan sekadar penampilan hiburan. Lebih dari itu, acara ini menjadi media edukasi untuk menanamkan rasa cinta terhadap seni tradisi dan cerita rakyat Jawa pada generasi muda.

Kehadiran tari Bujang Ganong dan drama musikal Joko Tarub di panggung expo membuktikan bahwa siswa tidak hanya mampu berkreasi, tetapi juga siap menjadi pelestari budaya bangsa. Dengan bimbingan guru dan dukungan sekolah, karya seni mereka menjadi jembatan antara tradisi dan generasi masa kini. (Tim Red/Nadia)